- Pindahkan 10 ml susu atau larutan protein ke dalam erlenmeyer 125 ml dan tambahkan 20 ml aquadest dan 0,4 ml larutan K-oksalat jenuh (K-oksalat : air = 1:3. Perhatian : K-oksalat beracun) dan 1 ml PP 1%. Diamkan selama 2 menit.
- Titrasilah larutan contoh dengan larutan NaOH 0,1 N sampai warna merah jambu.
- Setelah warna tercapai, tambahkan 2 ml formalin 40% dan titrasilah kembali dengan larutan NaOH sampai warna merah jambu tercapai lagi. Catatlah volume titrasi kedua ini.
- Buatlah titrasi blanko yang terdiri dari : 20 ml aquadest + 0,4 ml larutan K-oksalat jenuh
+ 1 ml indikator PP+ 2 ml larutan formalin dan titrasilah dengan NaOH. - Titrasi terkoreksi yaitu titrasi kedua dikurangi titrasi blanko merupakan titrasi formol. Untuk mengetahui % protein, harus dibuat percobaan serupa dengan menggunakan larutan yang telah diketahui kadar prooteinnya (misal dengan cara Kjeldahl)
- Untuk susu dapat digunakan faktor 1,83 :
% kasein = 1,63 x ml titrasi formol
titrasi formol
% N = -------------------- x N.NaOH x 14.008
g bahan x 10
Catatan :
Titrasi formol kurang praktis untuk penentuan kadar protein secara absolut, karena tiap jenis protein perlu dicari faktor konversinya. Cara ini lebih sesuai untuk menentukan secara cepat pemecahan protein
Sumber :
"Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian " Slamet Sudarmaji, dkk. Edisi Keempat
Artikel Terkait :
apakah penentuan protein dengan metode ini hanya untuk sampel yang mudah larut?
BalasHapusterima kasih
Prosedur ini memang hanya khusus untuk pengukuran protein yg terlarut dalam suatu sampel.
BalasHapus